Senin, 08 Juli 2013

Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh

Kesatria jatuh cinta pada Putri bungsu 
dari kerajaan bidadari. 
Sang Putri naik ke langit. 
Kesatria kebingungan. 
Kesatria pintar naik kuda dan bermain pedang, 
tapi tidak tahu caranya terbang. 
Kesatria keluar dari kastel untuk belajar terbang 
pada kupu-kupu. 
Tetapi, kupu-kupu hanya bisa menempatkannya 
di pucuk pohon. 
 
Kesatria lalu belajar pada burung gereja. 
Burung gereja hanya mampu mengajarinya 
sampai ke atas menara. 
Kesatria kemudian berguru pada burung elang, 
Burung elang hanya mampu membawanya 
Ke puncak gunung. 
 
Tak ada unggas bersayap yang mampu terbang 
Lebih tinggi lagi. 
Kesatria sedih, tapi tak putus asa. 
Kesatria memohon pada angin. 
Angin mengajarinya berkeliling mengitari bumi, 
Lebih tinggi dari gunung dan awan. 
 
Namun sang Putri masih jauh di awang-awang, 
Dan tak ada angin yang mampu menusuk langit. 
Kesatria sedih dan kali ini putus asa. 
Sampai satu malam, ada Bintang Jatuh yang berhenti 
Mendengar tangis dukanya. 
Ia menawari Kesatria untuk melesat secepat cahaya. 
Melesat lebih cepat dari kilat dan setinggi sejuta langit 
Dijadikan satu. 
 
Namun, kalau Kesatria tak mampu mendarat tepat di
Putrinya, ia akan mati. 
Hancur dalam kecepatan membahayakan, 
Menjadi serbuk yang membedaki langit, dan tamat. 
Kesatria setuju. Ia relakan seluruh kepercayaannya pada 
Bintang Jatuh menjadi sebuah nyawa. 
Dan, ia relakan nyawa itu bergantung hanya pada 
Serpih detik yang mematikan. 
 
Bintang Jatuh menggenggam tangannya. “Inilah perjalanan sebuah cinta sejati,” ia berbisik, “Tutuplah matamu, Kesatria, Katakanlah untuk berhenti begitu 
Hatimu merasakan keberadaannya.” 
Melesatlah mereka berdua. Dingin yang tak terhingga serasa 
Merobek hati Kesatria mungil, 
Tapi hangat jiwanya diterangi rasa cinta. 
Dan, ia merasakannya. “Berhenti!” 
Bintang jatuh melongok kebawah, 
Dan ia pun melihat sosok Putri cantik yang kesepian. 
Bersinar bagaikan gugus Orion ditengah kelamnya galaksi. 
Ia pun jatuh hati. 
 
Dilepaskannya genggaman itu. Sewujud nyawa 
Yang terbentuk atas cinta dan percaya. 
Kesatria melesat menuju kehancuran. 
Sementara sang Bintang mendarat turun 
Untuk dapatkan sang Putri. 
Kesatria yang malang. 
Sebagai balasannya, dilangit kutub dilukisakan aurora. 
Untuk mengenang kehalusan dan ketulusan hati Kesatria. 


From Supernova 1 (Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh) by Dewi "Dee" Lestari. I do love all of Dee's writing creation. Really smart, knowledgeable, and artistic. Never get dissapointed when you read. Great!

Minggu, 07 Juli 2013

Marhaban Yaa Ramadhan


Alhamdulillaaah, H-1 puasa, saya dan keluarga masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan :")
Ramadhan kali ini tuh spesial sekali buat saya khususnya. Alhamdulillah saya sudah kuliah, sudah menadi mahasiswa, dan diterima di kampus impian pula (Univ Indonesia). Benar-benar anugerah yang melimpah. Diluar itu, masih ada lagi, anugerah yang Allah berikan untuk keluarga kami:)

Menyambut ramadhan, mari bersihkan hati sucikan diri. Mari mulai bulan ramadhan ini dengan sebaik-baiknya dan berhijrah. Semoga dilancarkan puasanya, amin.

Dan mohon maaf lahir bathin untuk segala kesalahan di hari-hari yang sudah berlalu. Bismillaaaah, mari kita mulai bulan Ramadhan ini dengan hati bersih :)

Tiada Asap Tanpa Api

Hey bloggeriest:)

Genap sebulan, saya gak posting di blog ini. Memenuhi blog ini dengan tulisan saya. Hari ini saya kembali lagi untuk menulis sebuah postingan. Postingan ini sebenarnya request dari seorang teman baru saya. Mungkin dia mau saya untuk menulis lagi, jadinya dia request XD Gak tanggung, 2 request pulaaa-_- Tapi, makasih ya udah bikin page review blog ini meningkat drastis haha, karena kayaknya dia semaleman baca semua postingan blog ini, dari zaman saya masih cupu sampai postingan terakhir 8 Juni 2013. Terima kasih, terima kasih :D

Yaa, sebagai gantinya dan rasa terima kasih saya. Ini postingan pertama untuk Anda. Selamat membaca :)

Tiada Asap Tanpa Api?  Kalimat tersebut merupakan sebuah peribahasa. Selain itu, peribahasa tiada asap tanpa api juga sejajar maknanya dengan peribahasa "ada gula ada semut". Pernah dengar dong pasti peribahasa itu?

Ada gula ada semut. Bisa diartikan dimana ada gula, pasti ada semut (loh?) Iya makasudnya 2 hal yang saling berhubungan sebab akibat. Sama saja dengan tiada asap tanpa api. Asap tidak akan ada/muncul kalau sebelumnya tidak ada api. Ya, intinya asap dan api adalah dua hal yang berhubungan, berkaitan, dan menyebabkan sebab-akibat. Atau dengan kata lain, setiap peristiwa yang terjadi, pasti didahului oleh peristiwa sebelumnya.

Sama saja, seperti anda. Bisa masuk UI sekarang, pasti didahului oleh berdoa dan belajar giat kan? Terus ikut UN dulu, baru lulus SMA. Alhamdulillah bisa deh diterima menjadi mahasiswa UI. Yaa, begitulah contoh realnya :D 

Semoga postingan ini sesuai ekspektasi anda. Ini saja yang bisa saya kembangkan dari peribahasa Tiada Asap Tanpa Api. Terima kasih :)

PS: Untuk postingan kedua ttg misteri. Maaf saya tidak berbakat untuk menulis itu-_- *giveup

Sabtu, 08 Juni 2013

AKU INGIN
Oleh Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

----
 SAJAK KECIL TENTANG CINTA


Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
 Mencintaimu harus menjelma aku

Minggu, 02 Juni 2013

MULAI!


Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. -Edensor 

Senin, 27 Mei 2013. Mimpi saya terwujud. Doa yang selama ini saya panjatkan saya munajatkan, diijabah oleh Allah SWT. Bukan hanya doa saya, doa saya tidak ada apa-apanya dibandingkan yang satu ini : doa ibu dan ayah saya. Dalam hening, mereka yang terbangun untuk terus mendoakan saya, mendoakan yang terbaik untuk saya. Bukan yang saya mau, tapi yang terbaik yang Allah berikan. Saya selalu ingat perkataan itu. Tidak akan pernah lupa. 
Seharusnya saya yang lebih giat untuk beribadah dan berdoa, di tengah malam pun saya sulit sekali untuk bangun. Tapi, ibu saya selalu menyempatkan untuk bangun dan berdoa. Memohon dan meminta yang terbaik dan tak jarang ia mengantuk di pagi harinya. Saya, tanpa orang tua saya tidak ada apa-apa. Ini semua berkat doa mereka :')

Dari dulu saya selalu bermimpi untuk menjadi salah satu dari bagian Universitas Indonesia, kampus impian saya sejak lama. Sangat ingin menjadi mahasiswi dari salah satu kampus terbaik di Indonesia ini. Pada hari Senin, 27 Mei 2013. Semua mimpi saya ada di depan mata! UI sudah didepan mata saya bukan sekadar dalam angan-angan! Unbelievable!


Ada beberapa orang yang menganggap mimpi saya ini ketinggian dan menganggapnya sebelah mata. Tapi, saya percaya bahwa saya bisa. Saya bisa mewujudkan mimpi itu! Dan Alhamdulillah sekali karunia Allah SWT sangat besar untuk saya, saya ditempatkan di tempat yang terbaik sekaligus yang saya mau. Dan doa ibu dan ayah saya untuk yang terbaik bagi saya sudah dijawab dan tempatnya ada di Universitas Indonesia. Kampus impian, kampus perjuangan.
Allah itu Maha Adil.
Sebelum mendapatkan ini, saya tidak pernha lupa, saya pernah gagal. Bukan kegagalan juga, lebih tepatnya rezeki saya memang bukan disitu. Saya ikut USM STIS dan sudah ikut 2 kali Try out, hasilnya pun memuaskan. Jika diperkirakan, setidaknya saya bisa lolos untuk USM yang sebenarnya. Tapi, pada saat pengumuman tanggal 24 Mei 2013, nomor ujian saya 310758 tidak ada. Yang ada 310768. Menyesakkan sekali. Sedih? pastinya. Tidak tega melihat ekspresi ayah dan ibu saya. Saya mengecewakan mereka. Tapi, mereka tetap bilang masih ada harapan di SNMPTN. Alhamdulillah, memang rezeki saya di SNMPTN. Allah emang adil, saat kita tidak mendapatkan yang satu, Dia mengirimkan yang lain yang terbaik untuk kita. Itu yang saya percaya. Allah memberikan jalan untuk hambaNya dengan cara yang berbeda-beda :") The greatest thanks to Allah SWT :")

Tidak lupa juga, tahun 2013 ini lagi-lagi saya bisa meng-circle sekaligus 2 mimpi saya di Peta hidup saya yang saya tempelkan di depan meja belajar.
-Lulus SMA
-Kuliah di UI
Terimakasih yaa Allah.

Tapi, ini baru mulai! Baru awal! Perjuangan saya masih panjang. Masih banyak hal yang harus saya perjuangkan, saya raih. Semoga apa yang saya tulis di peta hidup saya pada akhirnya dapat ter-cicle semuanya dan terpetakan sesuai harapan.Amin. Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan.

Albert Einstein pernah bilang :
Kecerdasan/IQ hanya berperan 20 % dalam kesuksesan. Sisanyanya adalah kerja keras.
Tapi, maaf tuan Albert, saya rubah:  
 Kecerdasan/IQ hanya berperan 20 % dalam kesuksesan. 30 % Usaha dan kerja keras, dan 50 % nya adalah doa, Kuasa Tuhan. 
Yang terakhir, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Allah SWT. Im nothing without You. Untuk Ayah dan Ibu saya, yang tidak henti-hentiya mendoakan yang terbaik untuk anakmu ini. Untuk Abang dan Adik saya, Yazid. Untuk Bibi yang selalu menyiapkan segala keperluan. Untuk teman-teman saya yang hebat : Mutiara, Tiara, Dinar, Amel, Winda, Prima, Nadia, Puspa, Siti, Nita, Putri, Meila dan yang lainnya yang sudah saling mendoakan dan berjuang bersama-sama. Sampai bertemu di gerbang kesuksesan kawaaaaan :") Untuk guru-guru SMAN 1 Cikarang Utara, terima kasih untuk ilmunya. Untuk kakak-kakak pengajar NF, great pedagogi NF ! :)

Untuk OSIS SMAN 1 Cikarang Utara. Gak pernah lupa hal-hal yang indah, suka duka. Saya dapat banyak pengalaman dari sana! Untuk masa SMA. Memang benar, masa SMA itu paling indah dari masa-masa sekolah yang lain hehe

Bye. Ciayoooo~


Kamis, 16 Mei 2013

Dimensi

Titik, garis, persegi, persegi panjang, kubus, balok, kerucut, tabung. Itu semua dimensi. Jangan lupa satu dimensi lagi. Waktu. Ya, waktu. Dimensi mencakup ruang dan waktu. Seandainya lorong waktu bisa benar-benar terwujud untuk merealisasikan teori dimensi tersebut, apa mustahil? Tidak ada yang mustahil sepertinya untuk diwujudkan selagi tidak  melawan kodrat sebagai manusia.

Lantas apa? Saya butuh dimensi. Iya, dimensi. Yang katanya punya ruang dan waktu itu! Saya butuh itu. Dimensi. Konsepsi ruang dan waktu untuk bertemu. Namun, komponen dimensi itu tidak pernah match buat saya. Terasa saling meniadakan satu sama lainnya. Atau saya yang selalu merasa begitu? Jelas jelas, ruang dan waktu itu ada, mudah mencarinya kalau memang mau dicari dan ditemukan. Sayangnya, saya tidak cukup gigih untuk menemukan dimensi itu.

Saya hanya butuh dimensi . Ya, saya butuh ruang dan waktu untuk bertemu kamu. Saya dan kamu.

Didedikasikan untuk seorang teman yang selalu melihat banyangannya didepan cermin.

Selasa, 23 April 2013

Why not?

Fisika, satu bidang yang akan berpotensi besar untuk saya tekuni kedepannya bahkan akan menjadi bidang dimana saya akan berkarier di masa depan. Amin, semoga itu yang terbaik.
Memilih dan menentukan Fisika banyak melalui perdebatan dengan orang tua saya. Bahkan tak pernah terpikirkan sebelumnya saya akan mengambil jurusan MIPA dan itu ilmu murni! Saya tidak pernah berpikir untuk itu. Tapi, nyatanya toh saya sekarang sudah menentukan hal itu. Fisika murni. Untuk masa depan saya.
Kebanyakan teman-teman saya, malas untuk mengambil ilmu murni karena memusingkan dan membosankan. Saya akui, memang akan memusingkan dan membosankan. Tapi, itu pilihan saya yaa saya sudah tau segala resikonya.
Saya ini seorang sains. Diantara sosial, seni, dan sains. Sains merupakan bidang yang dimana saya paling berbakat. Sedangkan sosial, saya orangnya agak malas untuk menghafal dan sosial lumayan erat kaitannya dengan hafalan. Sama saja dgn biologi, saya juga agak malas untuk menghafal. Sedangkan seni, rasa-rasanya seni saya sangat amburadul. Gambur pun hancur, melukis? apalagi. Menari? Jangan ditanya-_- Dari berbagai bidang seni, yang saya bisa hanya membuat grafitti tulisan itupun masih awam sekali. Ya, begini lah seorang sains.

Banyak orang berpikir bahwa seorang sains itu kaku, serius, canggung, individualis dan sebagainya. Kelihatannya memang begitu. Kan baru kelihatannya. Gak selamanya dan gak semuanya orang sains seperti itu. Saya memang orang yang agak kaku dan serius, tapi saya juga punya sense of humor kok (pada dasarnya semua manusia punya) Gak kaku kaku amatlah atau serius serius amatlah-- saat serius ya memang harus serius, kalaupun bercanda juga saya pasti bisa. Pasti bisa. Intinya tergantung sikon aja.

Poin 1: Orang Sains bukan orang yg kaku dan serius. Tapi, orang sains dapat memposisikan diri sesuai sikon.

Terus, kalau dibilang orang sains itu individualis. Oh maaf, gak semuanya. Saya dan beberapa teman sains saya juga aktif di berbagai organisasi. Apa itu masih bisa dikatakan individualis? jujur saja, organisasi merupakan salah satu hal dari berbagai hal yang menjadi bagian hidup saya. Dari SD bahkan saya sudah aktif di organisasi dan sampai SMA sekarang ini, saya pun masih aktif di organisasi. Bagi saya, organisasi itu media bergaul dengan teman yang paling asik dan juga bermanfaat. Dari semua organisasi yang sudah saya geluti, organisasi yang paling berkesan dan banyak memberikan saya pelajaran adalah OSIS SMA. Di OSIS SMA ini saya benar-benar dapat pengatahuan yang lebih. Kebanyakan dari kami, punya sudut pandang yang sama bahwa "belajar" itu tidak harus duduk di kelas, memperhatikan guru. Belajar juga bisa di luar kelas. Dispen, rapat sama guru, kasih proposal ke sponsor, bikin konsep acara, design banner, dsbnya. Semua pelajaran itu gak bakal didapatkan di dalam kelas. Itu hanya didapatkan di luar kelas, di organisasi. Seumur hidup saya, saya belum pernah diajarkan didalam kelas membuat banner yang ukuran sangat besar. Dan di organisasi, hal itu kami dapatkan. Nih lihat, banner Perpisahan kami:
Terlihat sangat megah bukan? Itu hasil kerja keras kami beberapa bulan dan itu hanya didapatkan di organisasi (lagi-lagi). Saya pribadi, punya perspektif kalau kita tidak cukup pandai di dalam kelas, pintar dalam pelajaran tapi kita juga harus punya kepekaan dalam bidang sosial, salah satu caranya dgn ikut organisasi. Kalau kita ikut organisasi, pengetahuan kita akan bertambah. Kita akan tau bagaimana karakter tiap orang dalam organisasi itu, bagaimana sikap kita seharusnya dalam rapat, bagaimana saling menghargai ide dan pendapat orang lain. Bagi saya, organisasi menambah atmosfer yang lebih menarik dalam hidup saya. Saya berharap, semoga langkah saya bisa terus mudah dan saya selalu bisa berkontribusi melalui organisasi.Walau dalam teori sosial saya sangat kurang, tapi real application dalam organisasi bagi saya sudah cukup.

Poin 2 : Orang sains tidak individualis malah fleksibel. Tetap bisa aktif di Organisasi.

Lantas, kalau dalam bidang seni? Saya sendiri mengakui artistic intelligence saya doremi. Tapi, saya cukup berbangga bisa tetap menjadi apresiator seni. Saya suka musik, suka lukisan dan saya mengapresiasi itu. Bagi saya, tidak bisa menjadi pelaku seni, cukup menjadi apresiator itu sudah baik.

Poin 3 : Orang sains tetap bisa menjadi apresiator seni walaupun bukan pelaku seni.

Satu hal yang saya pegang: saya seorang sains, tetap harus berwawasan sosial. Tau apa yang sedang ramai dibicarakan publik, setidaknya tau.

Salah satu faktor yang membuat saya menjadi seorang sains sekaligus orang yang ingin tau apa yang sedang terjadi di publik adalah faktor genetis. Ayah saya seorang sains. Beliau lulusan Teknik Elektro.Tidak heran, bakat sains menurun banyak kepada saya. Dan memang rasa-rasanya sebagian besar sifat dan pemikiran saya warisan ayah saya, dominasi ayah saya. Hal yang selalu saya kagumi dari ayah saya adalah walaupun ia seorang sains, tapi wawasannya cukup luas. Selalu bisa berperspektif terhadap berita yang uptodate di pubik, bisa berasumsi mengenai kebijakan pemerintah. Bisa dibilang, wawasan politiknya lumayan juga. Saya juga terkadang sharing dengan ayah saya masalah-masalah seperti itu dan selalu dapat pengetahuan dan perspektif baru. Dan yang terpenting, ayah saya itu sosok yang idealis. Itu yang saya kagumi.

Sedangkan ibu saya, beliau seorang sosial. Beliau mengajar sosial. Pengetahuannya juga lumayan.Yang saya kagumi adalah walaupun beliau orang sosial namun seni nya bisa diacungi jempol. Sangat kreatif. Beliau bisa menjahit, menyulam, membuat prakarya,dsbnya. Sayangnya bakat seni itu sepertinya tidak menurun kepada anak perempuan satu-satunya ini-_- Beliau juga seorang pemerhati. Bagi saya, ayah dan ibu saya adalah kombinasi yang sangat pas, sangat serasi. 

Kesimpulannya, kita bisa tetap memilih kemana kita akan melangkah. Menjadi seorang sains dan aktivis, why not? Kenapa tidak?
Menjadi seorang sains yang konsen dalam human development, why not? Kenapa tidak?
Menjadi seorang sosial yang berbakat seni, why not? Kenapa tidak?
Menjadi seorang sosial yang bisa sains, why not? Kenapa tidak?
Dan pada akhirnya, menjadi orang yang bermanfaat, why not? Kenapa tidak?

Hanya butuh satu : fokus.