UAS. Masa-masa menguras otak dan tenaga berakhir juga. Hm, tidak terasa semester pertama perkulihan saya sudah berakhir. Rasanya? Senang, lega, deg-degan. Yah semuanya campur aduk. Sebelum tanggal 6 Januari ditempuh, rasa deg-degan adalah perasaan mayoritas yang ada sekarang. IP pertamaaaa!! Entahlah bagaimana nanti hasilnya. Saya sudah berusaha semaksimal yang saya bisa dan tak lupa juga pasti berdoa. Hasilnya diserahkan kepada Allah SWT :")
Bagi saya, hanya lulus saja sudah jadi kabar yang memuaskan. Syukur-syukur dengan nilai yang memuaskan. "Sekarang mah lulus aja udah Alhamdulillah. Gak muluk-muluk". Banyak yang bilang gitu, saya salah satunya. Hidup di fisika, menjadi mahasiswa di fakultas mipa yang kebanyakan orang bilang itu sulit (dan saya akui) itu memang susah. Di fisika kita belajar fundamentalnya. Belajar dari awal; dari dasarnya.
Saya ini hanya seorang anak lulusan SMA yang suka fisika. Hanya bermodalkan suka fisika dengan nekadnya mengambil jurusan Fisika. Haha lucu sekali. Ya, memang lucu. Fisika saya gak bagus-bagus amat, gak jelek-jelek amat. Yah standar. Disini, di Universitas saya berkumpul dengan orang-orang hebat mulai dari juara OSN Fisika Perak, Perunggu, sampai yang seperti saya yang biasa-biasa saja, yang bermodalkan suka fisika atau bahkan "kecemplung" di jurusan fisika juga ada. Bahkan ada dari yang nilai utsnya 100 diantara yang lainnya dapat nilai 30,40,60 juga ada. Semua ada disini.
Gak ada yang gak bisa kalau kita mau belajar. Fisika memang sulit kalau memang gak dipelajari, gak didalami. Bahkan persepsi "saking sulitnya" fisika membawa beberapa teman saya di Fisika untuk coba tes tulis lagi di tahun depan. Ada yang mau coba FK, Teknik, bahkan sampai melenceng ke FISIP pun juga ada. Lantas suatu ketika saya bertanya pada diri saya: "Apa saya juga akan mencoba lagi tes tulis di tahun depan? Apa ini batas limit saya dalam mempelajari fisika?" Sempat terpikir untuk mengikuti teman-teman yang mau mencoba di tahun depan, sudah bilang juga kepada orang tua saya. Banyak pertimbangan yang ada dan saya putuskan tetap pada Fisika.
"Fisika tuh susah...." sempat mengeluh seperti itu kepada ayah dan ibu saya. Mereka bilang : "gak ada yang sulit, semua bisa dipelajari. Kalau mau belajar sungguh-sungguh ya gak ada yang gak bisa. Cuma satu penghalang seseorang menjadi tidak sukses itu pergaulan. Kalau masalah belajar, apa sih yang sulit kalau kita mau belajar".
Kata-kata itu yang buat saya selalu ingat kalau semua bisa dipelajari asal kita sungguh-sungguh. Allah juga gak mugkin kan menempatkan hambaNya ditempat yang bukan terbaik. Jika sekarang saya di Fisika, ya itu yang terbaik dari Allah buat saya karena sesungguhnya ada 2 pilihan yaitu mau bertahan dan perdalami atau pergi. Akhirnya saya putuskan untuk bertahan. Ya bertahan di Fisika.
Mempelajari fisika dengan ikhlas walaupun sulit itu yang harus jadi utama karena sesungguhnnya saat saya belajar fisika saya belajar dan mempelajari kekuasaan Allah SWT yang kadang tak terpikirkan. Saya juga belajar betapa fisika berguna bagi kehidupan sehari-hari. Kata-kata seorang dosen Fisdas saya sangat menginspirasi. Beliau berkata seperti ini di sela-sela perkuliahan : "Mungkin kalian tidak akan bekerja di bidang fisika suatu saat nanti. Tapi, pola pikir sebagai orang fiska yang sistematis lah yang harus kalian punya buat di masyarakat".
Lagi dan lagi. Kata-kata dosen saya itu buat saya mikir belajar fisika juga untuk membentuk pola pikir yang sistematis. Hah, teryataaa dan ternyataa fisika terlalu mengagumkan ya haha. Terlambat untuk menyadari. Sedihnya, pola pikir sebagai seorang fisika sepertinya belum saya punya. Yah tapi masih ada 3,5 tahun kok untuk membentuk pola pikir seperti itu.
Pada akhirnya, I told you, Physics works! Semoga terus bertahan di Fisika bersama teman-teman fisika yang lain :")
0 komentar:
Posting Komentar