Kamis, 03 April 2014

Mendamba Nicholas Saputra

Menonton sebuah film bukan lah sebuah hal yang benar-benar saya sukai. Biasa saja. Aneh? Tidak juga. Toh semua di alam ini memang relatif. Ada yang disukai dan ada yang tidak disukai. Apa jadinya kalau semua orang suka pada satu hal yang sama. Mungkin malah kesetimbangan tidak ada? Well, anggap hal ini wajar saja. Suka dan tidak suka, gemar dan tidak gemar, tertarik dan tidak tertarik semua wajar dan relatif.

Satu hal yang membosankan bagi teman-teman saya adalah saat : "Eh nonton yuk! Film apa?" Sepertinya hanya saya yang punya opsi untuk nonton film Indonesia dan sad ending. Entah lah terkadang juga aneh kenapa saya tidak begitu suka film barat dengan actionnya atau pun konpirasinya. Bukan tidak suka, sepertinya hanya saya kurang "mau" untuk mencoba. Jujur saja, terpaku pada satu hal yang sudah sangat saya sukai lebih menjadi opsi ketimbang mencoba hal yang baru.

Sama halnya seperti mendamba Nicholas Saputra. Pertama kali menonton Ada Apa dengan Cinta, melihat Nicholas Saputra, dan......suka! Diantara banyaknya aktor yang ada, Nicholas Saputra tetap yang paling kharismatik dan keren. Entah bagaimana, bagi saya Nicholas Saputra selalu terlihat introvert dan saya selalu suka itu. Dalam film Gie pun, penokohan Nicholas Saputra setipe dengan di film AADC. Tidak ada yang jadi masalah, Nicholas Saputra tetap menjadi yang paling introvert dan kharismatik bagi saya. Rasa-rasanya mendamba Nicholas Saputra adalah opsi yang terbaik diantara ribuan opsi untuk mendamba aktor lainnya.

Selasa, 04 Februari 2014

Tanpa Kacamata


Hidup saya sudah sangat bergantung dengan benda yang satu ini. Kacamata.
Tanpa kacamata, rasa-rasanya semua terlihat blur, hanya garis-garis. Kasarnya, tanpa kacamata saya tidak bisa melihat dengan jelas sejelas-jelasnya.
Terkadang menyipitkan mata demi untuk melihat semuanya menjadi jelas juga tidak sangat membantu. Tetap saja, semua terlihat blur.

Tapi, sesekali rasanya ingin melepas kacamata ini. Melihat semuanya dengan mata asli saya tanpa bantuan benda optik satu ini.

Melihat dengan jelas sejelas yang saya bisa.
Menikmati ke "abu-abuan" semuanya.
Merasakan usaha saat mata ini harus berkontraksi dengan keras untuk menyipit dan melihat.

Terkadang terpikirkan,
tanpa kacamata dan mata yang minus 2.5 serta silinder ini,
saya bisa melihat semuanya jujur se-blur yang saya lihat
bisa melihat wajah-wajah orang lain walaupun terkadang hanya garis-garis

Tapi, bersyukurlah
tanpa kacamata ini, sepasang mata lain yang tidak diperbolehkan untuk dilihat bisa dengan blur saya lihat
dan terhindarkan.

Selasa, 21 Januari 2014

Cuap-cuap Tentang Sospol :)

Beberapa orang malas untuk membicarakan mengenai sosial politik. Namun, beberapa lagi konsen membicarakan bahkan terlibat langsung dengan sosial politik. Sosial politik merupakan suatu bidang yang berhubungan dengan orang banyak, masyarakat, lingkungan sekitar agar tercipta kebaikan-kebaikan dan keseimbangan dalam masyarakat.  Tanpa kita sadari, politik berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari.  Harga baju yang kita pakai, harga cabai di pasar semuanya ditentukan melalui proses sosial politik. Jelas sekali, politik mempunyai bagian yang sangat besar dalam kehidupan kita. Islam sendiri sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, mengatur kehidupan umatnya dari hal-hal kecil seperti mengucapkan salam saat bertemu, bersiwak, dsbnya sampai kehidupan politik di suatu negara.
Namun yang disayangkan, banyak orang alergi dengan politik karena image politik itu sendiri yang sudah tidak baik. Korupsi, suap, ketidakjujuran pemilu, dan problema yang lainnya membuat masyarakat malas untuk membicarakan dan terlibat dengan politik. Maka dari itu, dibutuhkan orang-orang yang konsen dalam permasalahan sosial politik ini dengan mengingat tujuan dari sosial politik itu sendiri adalah amar makhruf nahi munkar. Mengajak yang makhruf, mencegah dari yang munkar.
Disini lah dibutuhkan mahasiswa-mahasiswa muslim untuk melakukan pergerakan. Menegakkan tujuan dari sosial politik itu sendiri : Amar makhruf nahi munkar. Pergerakan dapat dimulai dari tingkat jurusan, fakultas, atau pun universitas. Pergerakan dapat melalui diri sendiri atau pun lembaga kemahasiswaan. Yang terpenting adalah bagaimana cara melakukannya, cara merealisasikannya. Berpendapat atau pun menulis, keduanya sama-sama melakukan tindakan yang dapat berdampak bagi sekitar.
Seperti Adian Husaini, seorang penulis yang karya-karyanya banyak menuangkan pemikiran bagi umat, permasalahan bangsa, dan juga politik dalam perspektif Islam mampu membuat para pembaca karyanya mendapatkan sesuatu yang dapat diambil dari tulisannya. Atau Anis Matta yang bergerak dibawah partai yang menjunjung semangat keislaman. Menyampaikan aspirasi melalui partai islam pimpinannya.

Tak perlu jauh-jauh menengok Adian Husaini atau pun Anis Matta. Yang dibutuhkan adalah bergerak, membuat perubahan. Dan bergerak serta perubahan itu dapat melalui sosial politik dengan cara masing-masing. Amar makhruf nahi munkar.

Senin, 20 Januari 2014

Hujan dan Senja

Entah sejak kapan saya mulai menyukai senja. Begitu juga sama, entah sejak kapan saya mulai menyukai hujan.

Senja dan hujan.

Bagi saya, senja selalu menarik untuk dinikmati. Senja tak pernah lelah berkata bahwa sore sudah pergi meninggakan hari namun jangan khawatir malam akan siap untuk menemani

Senja selalu punya warna yang menawan meskipun hujan sekalipun.

Saat hujan datang, bukan berarti hujan ingin membuat senja menjadi biru.

Tidak. Tidak sekalipun.

Karena sesekali hujan ingin menemani senja yang kesepian. Hujan ingin berbagi rintik-rintiknya bersama kilauan warna senja.

Senja dan hujan yang datang bersama selalu berkata bahwa masih ada harapan didepan sana.

Kejarlah. Sekali pun dibawah rinai hujan, karena senja tahu, hujan datang  untuk menemani.


Jumat, 03 Januari 2014

Jagalah Aku, Wahai Tuhanku

Kamu tahu, aku tahu, semua orang tahu, alam pun tahu kalo cinta memang itu adanya
Entah lah, menjadi puitis karena cinta itu memang mudah
Menjadi bimbang karena cinta pun mudah
Menjadi takut karena cinta, itu juga mudah
Ya mudah... bagi yang mau memudahkannya

Cinta memang fitrahnya manusia
Itulah mengapa Tuhan menganugerahkannya kepada hati manusia
Cinta, cinta, cinta...
Tidak segala lini hidup melulu tentang cinta

Wahai Tuhanku,
Lihat aku seperti Hawa pertama kali bertemu Adam
Seperti hati yang mendamba rindu
Seperti daun yang jatuh di musim gugur
Mudah rapuh

Aku takut.
Takut...
Aku takut aku salah langkah
Aku takut aku mengiyakan yang zalim
Aku takut. Takut. Takut

Wahai Tuhanku,
Jagalah aku...
Jagalah aku dari cinta yang sempit ini.


03jan2014

Minggu, 22 Desember 2013

Menyedihkan

Melihat kamu di ujung sana
Hanya sepintas tapi saya tahu
Maaf,
Kamu menyedihkan
Melihat kamu saja menyedihkan
Bagaimana kamu tidak melihat diri kamu semenyedihkan itu?
Tidak menyadari kah?

Maaf saya terlalu lancang
Segera lah sadar
Karena sungguh, kamu menyedihkan

I Told You, Physics Works!

UAS. Masa-masa menguras otak dan tenaga berakhir juga. Hm, tidak terasa semester pertama perkulihan saya sudah berakhir. Rasanya? Senang, lega, deg-degan. Yah semuanya campur aduk. Sebelum tanggal 6 Januari ditempuh, rasa deg-degan adalah perasaan mayoritas yang ada sekarang. IP pertamaaaa!! Entahlah bagaimana nanti hasilnya. Saya sudah berusaha semaksimal yang saya bisa dan tak lupa juga pasti berdoa. Hasilnya diserahkan kepada Allah SWT :")
 
Bagi saya, hanya lulus saja sudah jadi kabar yang memuaskan. Syukur-syukur dengan nilai yang memuaskan. "Sekarang mah lulus aja udah Alhamdulillah. Gak muluk-muluk". Banyak yang bilang gitu, saya salah satunya. Hidup di fisika, menjadi mahasiswa di fakultas mipa yang kebanyakan orang bilang itu sulit (dan saya akui) itu memang susah. Di fisika kita belajar fundamentalnya. Belajar dari awal; dari dasarnya.
 
Saya ini hanya seorang anak lulusan SMA yang suka fisika. Hanya bermodalkan suka fisika dengan nekadnya mengambil jurusan Fisika. Haha lucu sekali. Ya, memang lucu. Fisika saya gak bagus-bagus amat, gak jelek-jelek amat. Yah standar. Disini, di Universitas saya berkumpul dengan orang-orang hebat mulai dari juara OSN Fisika Perak, Perunggu, sampai yang seperti saya yang biasa-biasa saja, yang bermodalkan suka fisika atau bahkan "kecemplung" di jurusan fisika juga ada. Bahkan ada dari yang nilai utsnya 100 diantara yang lainnya dapat nilai 30,40,60 juga ada. Semua ada disini.
 
Gak ada yang gak bisa kalau kita mau belajar. Fisika memang sulit kalau memang gak dipelajari, gak didalami. Bahkan persepsi "saking sulitnya" fisika membawa beberapa teman saya di Fisika untuk coba tes tulis lagi di tahun depan. Ada yang mau coba FK, Teknik, bahkan sampai melenceng ke FISIP pun juga ada. Lantas suatu ketika saya bertanya pada diri saya: "Apa saya juga akan mencoba lagi tes tulis di tahun depan? Apa ini batas limit saya dalam mempelajari fisika?" Sempat terpikir untuk mengikuti teman-teman yang mau mencoba di tahun depan, sudah bilang juga kepada orang tua saya. Banyak pertimbangan yang ada dan saya putuskan tetap pada Fisika.
 
"Fisika tuh susah...." sempat mengeluh seperti itu kepada ayah dan ibu saya. Mereka bilang : "gak ada yang sulit, semua bisa dipelajari. Kalau mau belajar sungguh-sungguh ya gak ada yang gak bisa. Cuma satu penghalang seseorang menjadi tidak sukses itu pergaulan. Kalau masalah belajar, apa sih yang sulit kalau kita mau belajar".
 
Kata-kata itu yang buat saya selalu ingat kalau semua bisa dipelajari asal kita sungguh-sungguh. Allah juga gak mugkin kan menempatkan hambaNya ditempat yang bukan terbaik. Jika sekarang saya di Fisika, ya itu yang terbaik dari Allah buat saya karena sesungguhnya ada 2 pilihan yaitu mau bertahan dan perdalami atau pergi. Akhirnya saya putuskan untuk bertahan. Ya bertahan di Fisika.
 
Mempelajari fisika dengan ikhlas walaupun sulit itu yang harus jadi utama karena sesungguhnnya saat saya belajar fisika saya belajar dan mempelajari kekuasaan Allah SWT yang kadang tak terpikirkan. Saya juga belajar betapa fisika berguna bagi kehidupan sehari-hari. Kata-kata seorang dosen Fisdas saya sangat menginspirasi. Beliau berkata seperti ini di sela-sela perkuliahan : "Mungkin kalian tidak akan bekerja di bidang fisika suatu saat nanti. Tapi, pola pikir sebagai orang fiska yang sistematis lah yang harus kalian punya buat di masyarakat".
 
Lagi dan lagi. Kata-kata dosen saya itu buat saya mikir belajar fisika juga untuk membentuk pola pikir yang sistematis. Hah, teryataaa dan ternyataa fisika terlalu mengagumkan ya haha. Terlambat untuk menyadari. Sedihnya, pola pikir sebagai seorang fisika sepertinya belum saya punya. Yah tapi masih ada 3,5 tahun kok untuk membentuk pola pikir seperti itu.
 
Pada akhirnya, I told you, Physics works! Semoga terus bertahan di Fisika bersama teman-teman fisika yang lain :")