Sabtu, 11 Agustus 2012

FILOSOFI TELUR, WORTEL, DAN KOPI




Hi bloggeriest :)

Filosopi mengenai telur, wortel, dam kopi ini gue dapatkan pada saat mentoring Rohis bersama kak Dwi. Lucu sih tapi ngena juga xixi

Telur adalah salah satu sumber protein yang memiliki kulit berwarna cokelat atau putih. Ukurannya juga bervariasi. 

Wortel adalah salah satu sayuran yang berwarna jingga dan kaya akan vitamin A

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi.

Dari ketiganya, mana yang kalian pilih dan sukai? Sebelum memilih, lihat sedikit ulasan filosofi dari telur, wortel, dan kopi ini.

Telur, jika direbus yang tadinya berbentuk cair kental menjadi keras. 
Artinya, jika mental kita tadinya lemah lalu saat diberi masalah kita menjadi keras atau malah memberontak. Makanya, jangan lah menjadi telur yang malah menjadi keras kepala atau memberontak saat ada masalah. 

Wortel, jika direbus yang tadinya keras jadi lunak.
Artinya, jika kita yang tadinya teguh pendirian atau kuat saat diberi masalah malah menjadi lembek atau bermental tempe. Itu juga tidak baik. 

Kopi, jika ditambah dengan air panas akan menjadi minuman yang enak dan sedap wanginya.
Artinya, kalau kita diberi masalah kita tetap cair dalam arti tenang sehingga menghasilkan suatu keputusan yang baik (wangi yang sedap)

Jadi, mana yang alian pilih?



Yang Konstan itu Perubahan

Heraclitus bilang :
Perubahan adalah satu-satunya hal konstan di dunia ini. Everything changes
Dalam beberapa tahun ke depan, akan ada pusat perbelanjaan baru yang dibangun di tengah kota. Teman-teman sekelas kita akan meninggalkan kota ini untuk kuliah. Orang-orang datang dan pergi. Sesuatu yang dulunya begitu penting, mungkin nggak akan terlalu berharga di masa depan. Ironis, tapi itulah yang terjadi."

Begitu lah salah satu kutipan dari filosofi perubahan dalam novel Truth or Dare karya duet Winna Efendi dan Yoana Dianika.

Ya, sesuatu yang dulunya begitu penting, mungkin nggak akan terlalu penting di masa depan. Atau bahkan sebaliknya, sesuatu yang dulunya tidak begitu penting, mungkin akan menjadi sangat penting di masa depan. Its not Everything Changes but Nothing Impossible to Changes. At least, i get it. 

Memang benar, semua mungkin aja untuk berubah. Teman-teman SD kita yang dulunya kita kenal sebagai seorang yang pendiam, setelah bertemu saat reuni dia berubah menjadi orang yang sangat tidak kita kenal saat SD. Dia menjadi sangat hiperaktif. Lain lagi, kampung halaman kita yang dulunya sangat asri masih dipenuhi oleh pemandangn sawah, beberapa tahun kemudian sudah berubah menjadi kota metropolis yang ironi. Bahkan perubahan dapat terjadi terhadapa siapa aja, kapan saja, dan dimana saja menyergap tanpa peringatan. Tak terkecuali dengan diri kita sendiri.

Hidup bisa berubah 180 derajat
Setidaknya itu kesimpulan yang gue ambil saat jam pelajaran Bahasa Indonesia hari Jum'at lalu. Guru Bahasa Indonesia, Bu Ninik bercerita sedikit tentang perubahan yang mungkin saja terjadi pada setiap orang. Ceritanya kurang lebih seperti ini :
Dulu ada 2 murid yang duduk sebangku. Sebut saja murid A adalah anak orang kaya. Sedangkan murid B adalah anak orang tidak mampu. Murid B ini harus berganti seragam dengan adiknya sehingga dia selalu datang telat. Nah, murid A selalu membantu temannya itu. Sampai akhirnya mereka reuni. Tak disangka, murid B yang dulunya miskin bahakn harus berganti seragam dgn adiknya menjadi seorang wirausaha sedangkan murid A yang dulunya selelu membantu murid B hanya menjadi seorang tukang becak.

Hm, betapa semua dapat terjadi dan berubah kepada siapa saja. 

Begitupun dengan gue. Semua orang berharap selalu dapat berubah dari hal yang buruk menjadi hal baik. Namun, lagi lagi nasib dan diri kita sendiri yang menetukan. Mau dibawa kemana masa depan kita? Yang baik atau yang buruk?

Saat ini gue sedang duduk di bangku kelas 3 SMA. Suatu jenjang yang dibilang sudah matang dan sangat dewasa untuk dominan menentukan alur hidup kita sendiri. Kelas 3 SMA itu masa-masa nya galau. Bukan galau untuk hal yang aneh. Tapi galau untuk menentukan mau kuliah dimana, setelah itu mau jadi apa, mau masuk jurusan apa, dan sgala hal mengenai masa depan yang merisaukan.

Diantara banyak kerisauan itu, apapun dapat merubah keinginan dan mimpi kita dalam menggapai masa depan. Gak selamanya jalan mulus pasti ada tanjakan ataupun lubang yang mengganggu.
Bisa aja, dia dari kelas 1 SMA selalu mendapatkan ranking, menjadi kebanggaan guru2 dan teman2nya tapi sama sekali tidak diterima di PTN manapun atau bahkan sebaliknya yang dulunya tidak pernah disangka-sangka, malah dia diterima di PTN harapan banyak orang.

Banyak yang bilang itu hoki. Ya, bisa dibilang begitu. Tapi, semua ada hikmah dan alasannya mengapa setiap orang menerima yang berbeda-beda. Hokinya seseorang bukan hanya sekedar hoki, ada hikmah dan alasan mengapa Tuhan memberikan kemudah untuk dia. Itu yang harus dipahami.

Dari banyak wejangan dan kisah-kisah yang udah gue denger, gue banyak mendapat input yang berharga, yaitu :
  1. Apapun dapat terjadi terhadap diri kita baik buruk atau baik. Maka, bersiaplah untuk yang terburuk dan bersiaplah untuk menjdi yang terbaik
  2. Hidup bisa berubah 180 derajat. Itulah nasib. Namun nasib dapat kita ubah, tergantung bagaimana kita ingin mengubah nasib itu
Segala kerisauan di kelas 3 SMA sebenarnya hanya satu kuncinya. 
Banyak berdoa dan memohon pada Yang Kuasa. 

Klise? Memang tapi itu kuncinya. Karena saat kita memohon dan berdoa, Dia akan mendengar dan mengijabah doa kita. Kalaupun, tak kunjung dikabulkan, mungkin doa kita akan diganti dengan yang lain. Bila tak kunjung dikabulkan, suatu saat pasti akan dikabulkan.

Selamat berjuang dan jangn lupa berdoa. Semoga perubahn yang baik yang akan terjadi ;)