Kamis, 07 April 2011

MEMBANGUN GENERASI MUDA ISLAM YANG BERPRESTASI TANPA GAGAP TEKNOLOGI


Sejarah peradaban Islam pada zaman dahulu kala telah mengalami zaman keemasannya, bahkan Islam bisa dibilang memimpin dunia. Ilmuwan-ilmuwan Barat yang sekarang ini lebih dikenal seperti Albert Einsten dengan teori relativitasnya, Isaac Newton dengan hukum gravitasinya, Archimedes dengan teori hukum hydrostaticnya dan masih banyak lagi. Sebenarnya, jauh sebelum penemu-penemu Barat tersebut menemukan sesuatu yang membangun peradaban dan iptek, ilmuwan muslim telah lebih dulu menemukan berbagai penemuannya dan diakui oleh dunia bahkan negara-negara barat pun mengadopsi ilmu-ilmu pengetahuan Islam.
            Enam abad sebelum Christopher Columbus berlayar ke barat untuk membuktikan bumi itu bulat yang mendobrak keyakinan para pemuka Kristen, para ahli Matematika Muslim dari Kufa di Irak tidak hanya tahu bahwa planet berbentuk seperti bola, tetapi juga telah menghitung keliling lingkarannya dengan ketepatan mengagumkan. Tidak heran jika para pejuang perang salib yang melintasi Eropa hingga Tanah Suci untuk membebaskannya dari orang-orang Muslim, kembali ke tanah air dengan membawa banyak ilmu baru tentang peradaban, selain penemuan-penemuan praktis dan berbagai teori ilmu pengetahuan. Selain itu juga, tanpa sistem angka Arab, yang memasukkan bilangan desimal dan nol, ilmu pengetahuan dan bisnis tidak mungkin terwujud. Subhanallah sekali betapa majunya peradaban islam pada zaman dahulu!
            Tetapi, seiring dengan kemajuan zaman, Islam yang dulunya sempat memainkan perannya di dunia internasional, ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal dengan penemuannya, kini seakan tenggelam. Mengapa demikian? Karena umat Muslim sekarang tidak mempunyai semangat untuk menuntut dan mempelajari ilmu yang didapatkan dari ilmuwan Muslim terdahulu. Hal tersebut merupakan faktor yang berasal dari dalam diri umat Muslim sendiri (faktor internal). Sedangkan faktor eksternalnya adalah orang-orang non-Islam memanipulasi penemuan yang telah ditemukan oleh Ilmuwan Muslim dan mengakui penemuan itu adalah hasil pemikiran mereka. Contohnya Aljabar (Ilmu hitung Matematika) yang ditemukan pertama kali oleh Al-Khawarizmi dan akhirnya ilmu tersebut diimpor ke Eropa dan seorang Matematikawan Italia bernama Fibonacci mengadopsi ilmu itu dan akhirnya dia bisa menemukan bilangan Fibonacci. Seperti yang kita tahu, nama Fibonacci lebih dikenal ketimbang Al-Khawarizmi, penemu awal Aljabar.
Orang-orang sekarang ini  bahkan muslim sekalipun banyak yang mengagung-agungkan para pemikir Barat dan mengadopsi pola pikir ala Barat itu. Pola pikir ala Barat yang sangat berpatokan pada ilmu pengetahuan terutama science, yang menjadi sebuah kebanggaan yang sangat besar bagi orang-orang Barat. Padahal, jika kita telaah lebih dalam, kita bisa mengatakan kalau orang-orang barat sekarang ini memang memimpin iptek. Tetapi, apapun yang mereka banggakan –science, penemuan teknologi tercanggih, pola pikir yang banyak diadopsi masyarakat dunia – seakan nilainya sama dengan nol. Mengapa seperti itu? Karena dengan science dan teknologi yang mereka punya sekarang ini, menjadikan mereka pribadi yang angkuh sehingga mereka tak mengenali jati dirinya sendiri. Karena jawabannya hanya lah satu: kebanyakan dari mereka tidak mengenal penciptanya yaitu zat yang Maha Pencipta, Allah SWT. Dan mereka hidup bagaikan terombang-ambing tanpa sebuah pelindung dan tempat bergantung segala sesuatu yaitu Allah SWT.
            Belajar dari hal-hal tersebut, marilah kita membangitkkan peradaban Islam ini seperti dulu saat islam memimpin dunia. Oleh karena itu, kita yang telah diberikan nikmat sehat, iman, dan islam harus bisa membangun peradaban islam dengan iptek yang positif menjadi yang lebih baik lagi tanpa harus terombang ambing-ambing dengan iptek itu kerena semua dilandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena dengan ilmu, umat Muslim dapat menguasai alam seperti fimanNya dalam QS. Al-Anbiya : 79 dengan arti yang berbunyi : “Maka Kami memberikan peringatan kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat), dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya”. Maka dari itu, untuk membangun peradaban Islam ini, dibutuhkan ilmu. Ilmu-ilmu tersebut, haruslah dimiliki oleh generasi-generasi muda Islam yang selanjutnya berjuang meneruskan peradaban Islam yang jaya. Dan dengan ilmu pula akhirnya dapat menciptakan generasi muda Islam yang berprestasi, menguasai iptek, dan ber-imtaq.
            Tidak selamanya yang tua akan memimpin negeri ini, tidak selamanya yang tua yang lebih banyak pengalaman dan selalu diandalkan. Karena yang muda pun berpotensi untuk menjadi pemimpin yang arif dan ber-imtaq. Maka dari itu, sangat penting adanya regenerasi. Di dalam regenerasi ini, peran teknologi dan pendidikan sangatlah diperlukan. Teknologi dapat membuat banyak orang  generasi muda khususnya- menjadi lebih kreatif dan inovatif. Contohnya BJ. Habibie, orang pertama di Indonesia yang pertama kali merancang pesawat. Sehingga akhirnya ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Jerman dan prestasi keilmuan Habibie mendapat pengakuan di dunia Internasional. Seharusnya, kita bisa berkaca pada BJ. Habibie yang dapat merancang pesawat dan keterampilan ini dibutuhkan oleh generasi muda masa kini.
Selain dapat menambah pengetahuan, teknologi juga bisa dijadikan media untuk syiar dakwah seperti melalui facebook, twitter, blog, dsbnya. Kemajuan yang sekarang telah dicapai oleh umat muslim dalam bidang teknologi adalah pembuatan situs ala facebook yang bernama SalingSapa.com oleh Muhammad Yahya Harlan, siswa kelas 1 SMP Sekolah Alam Bandung. “Awalnya saya lihat di news, ada orang Indonesia yang membuat semacam FB dengan bahasa Indonesia. Saya pikir, saya juga bisa buat yang sama dan lebih bagus lagi,” tutur Yahya. Salingsapa.com adalah situs yang dibuat atas dasar kewajiban Islam untuk bersilaturahmi. Banyak silaturahmi banyak rezeki, dan SalingSapa.com bertujuan untuk membantu mempermudah itu. Kelebihan SalingSapa.com adalah memiliki berbagai konten Islami, seperti fitur Al-Quran (di fitur ini kita bisa dipandu agar bacaan Al-Qur’an kita baik dan benar), fitur khazanah (fitur ini berisi tentang dakwah Islami), dan fitur radiosalingsapa (radio yang berisikan siaran Islami). SalingSapa.com ini memang terlihat seperti facebook, karena memang situs ini dibangun untuk memberikan alternatif media social network kepada muslimin dan muslimat untuk menggunakan sarana pertemanan atau jejaring sosial milik sendiri. Muhammad Yahya Harlan bisa dibilang sebanding dengan Mark Elliot Zuckerberg, pembuat facebook karena dengan umur yang masih sangat muda itu bisa menciptakan sebuah situs berbasis islam dan itu merupakan terobosan besar generasi muda Islam.
            Dalam hal pendidikan, bersyukur sekali sekarang ini telah banyak sekolah-sekolah dengan dasar ilmu agama seperti sekolah Islam, sekolah Islam terpadu, pesantren, dsbnya. Dengan begitu dapat membentuk pribadi generasi muda yang lebih tangguh dan berakhlak baik dan tak lupa tetap mengikuti tren perkembangan zaman. Selain di sekolah-sekolah islam seperti itu, melalui organisasi juga kita bisa membentuk pribadi yang aktif dan kreatif berpikir sehingga bisa menghasilkan suatu karya yang dapat bermanfaat bagi iptek dan terlebih bagi banyak orang tanpa harus meninggalkan identitas kita sebagai seorang muslim.
            Kita harus mampu menduduki peringkat atas dari segala aspek sebagai generasi muda islam. Berkreativitas dan berinovasi, sehingga dapat menghasilkan suatu karya yang berpengaruh untuk dunia. Jadi, tugas kita sebagai generasi muda islam adalah membentuk dan membangun diri menjadi generasi muda islam yang berprestasi, tanpa harus gagap teknologi dan yang terpenting tak menyembunyikan identitas kita sebagai seorang muslim.
I am moslem and I proud of that.

0 komentar:

Posting Komentar